Author: Pecandu Ketinggian
Hujan
malam ini
Masih sendiri
Dengarkan lagu romantis
Berharap akan temukan seorang gadis
Sepertinya,yang terjebak hujan dengan payung biru
Jemari ini masih kaku
Menulis puisi tentangmu
Yang tak ku ketahui
Jalan begitu panjang ketika detik menentang jantung
Kertas berisi tinta warnai garis kosong ini
Mungkin benar kata mereka
Cinta butuh pengorbanan,tanpa itu takkan ada artinya
Berjalanlah di malam ini
Temukan hampa jalanan yang basah
Kita
Cinta kita sudah terikat erat
Seperti romeo dan juliet
Namun satu yang memisahkan kita
Dia tak mau
Aku juga tak mau
Sejujurnya tuhan kita satu
Tapi Cuma tangan yang memisahkan kita
Terhanyut dalam mimpi
Tak mungkin aku mengiktuti
Menolaknya adalah jalan terbaik
Bukan cinta yang tlah habis
Namun satu yang membuat kamu menangis
Kita….
Pegang
tanganku
Lebih dari dirimu
Kurang dari diriku
Sejuta hal yang indah
Tlah kita lalui sama-sama
Setelang kau terbang tinggi
Meninggalkan aku dan cinta kita
Tak mampu menahan perih yang tajam
Kau tlah pergi selamanya dan aku menyesali
Aku bermimpi
Bertemu denganmu
Dan ku peluk erat dirimu tak mau lepaskan
Tapi saat kau memandangku
Jangan lagi
Ku tak mau ini terjadi
Pegang tanganku
Aku tak ingin
Kau pergi lagi
Telah
Habis
Seiring lonceng berbunyi
Aku bangun pagi
Langsung mandi dan gosok gigi
Kadang juga tak pernah
Bergegas setelah semua selesai
Jangan lupa kamar di kunci
Lagi-lagi lari pagi
Biar ngga ketinggalan angkot VIP
Sampai kampus langsung nyebrang
Sambil bakar rokok surya sebatang
Pas tiba depan kelas taunya dosen uda pulang.
Jangan telat lagi yah…
Gelap
Gulita Kota
Kelap-kelip
lampu jalan
Mewarnai malam hari
Udara yang cukup dingin
Banyak anak kecil berkeliaran
Di sudut-sudut kota
Terhias dengan dosa
Entah mengapa?
Banyak godaan yang di terpa
Tiba di lampu merah
Ada anak kecil jualan koran
Ku lihat wajah yang pasrah
Keluar masuk jalanan
Berharap temukan sesuatu
Agar dapat mengalas perutnya
Dingin dan panas adalah hal yang biasa
Ricuhnya
dunia ini
Bising-bising tak pernah berhenti
Ledakan-ledakan selalu terjadi
Teriakan-teriakan yang bergema
Tangisan-tangisan yang berbunga
Kini aku tersenyum
Tak bisa ku menangis depan umum
Melihat semua yang telah hancur
Hatiku tegar namun air mata terus meluncur
Sebab-sebab orang tak bermoral
Yang membuat dosa bukan beramal
Hembusan ketakutan dalam duka ini
Tak kunjung reda untuk berdamai
Tak
Sanggup
Jalanan hidup yang semakin berdebu
Banyak canda tawa yang menunggu
Terlebih seperti mereka yang duduk di situ
Sedang menikmati dunia tertekan waktu
Harapan demi harapan
Mereka selalu inginkan
Tapi tak ada yang peduli
Hanya orang berbaik hati
Selalu menolong dan selalu mebagi rezeki
Wahai orang-orang di luar sana
Apakah kalian tak punya nurani
Tak banyak diantara mereka
Sedang menanti pertolongan kami
Suara
Pagi
Embun-embun mulai bertebaran
Cakrawala pun perlahan semkain terang
Terlihat basah dan sejuk permukaan bumi
Hampa dan kosong tanpa suara
Terlelap dalam tidur
Matahari mengikuti tugasnya
Dengan percikan burung-burung
Menghiasi nada dengan indah
Awan di langit semakin berbentuk
Sangat indah pagi ini kurasakan
Dalam binar alami kecantikan alam
Indonesiaku sungguh tak tertandingi
Kain-Kain
Penutup
Ku selamatkan kau dalam dinginnya dunia
Ku benamkan kau diantara tubuhku
Masih terbayang apa yang kulakukan
Menyesal dan dosa sudah di lewatkan
Terkejut dan tak kuasa
Semalam aku entah dimana
Sekujur keringat membahasi pipiku
Baru kusadari hari dan tanggal
Malam yang singkat telah habis
Seiring dengan langkah kakiku
Mencari senggumpal penutup
Untuk luka yang tak pernah usai
0 komentar:
Posting Komentar